23 September, 2013

Cara merubah perilaku anak yang pemarah.


Alhamdulillah, kita diberikan kepercayaan untuk mendidik dan menikmati peran sebagai orang tua dari anak-anak kita. Dalam menjalankan peran ini terkadang kita melakukan kesalahan dalam memberi contoh ataupun memperlakukan anak, hingga membuat anak menjadi memiliki sifat pemarah. Kita tersadar akan kesalahan tersebut setelah anak beranjak besar dan menunjukkan sikap pemarah pada orangtua/adik/teman.
Lalu pertanyaannya adalah, apakah bisa, merubah sikap anak pemarah, menjadi baik? Jawabannya, bisa-pasti bisa- harus bisa, insyaallah.
Hal terpenting yang harus kita tanamkan sebagai orangtua adalah keyakinan dan usaha maksimal.
Berikut ini cara yg dpt dilakukan:
1. Tanya mengapa dia marah minta dia mengungkapkan perasaannya. Hal ini akan sedikit mengurangi kemarahannya, karena dia merasa ortunya peduli, dan tekanan di pikirannya berkurang.
2. Beri solusi dengan bahasanya. Jika dia marah dan kesal, apa yg harus dan boleh dia lakukan. Misal, 'klo adeknya galak/nggak baik/ rebut mainan kakak, tinggalin aja adiknya, jangan dideketin dulu, nanti klo kakak udah nggak marah, dan adiknya udah baik lagi, baru main bareng lagi'. Atau kalimat solusi lainnya, yg tepat dg masalahnya, ortu pasti lebih tau.
3. Jika cara diatas tdk mempan, Sesekali coba abaikan kemarahan anak, saat anak marah, kita alihkan dg membahas hal lain misalnya: 'ibu mau main petak umpet aah.. Atau jajan ke warung aah'. Terkadang, kemarahan anak itu adalah cara anak mencari perhatian. Jika ketika ia marah lalu ortu memberikan apa yg diinginkannya, maka bisa jdi kelak anak akan mengulanginya. Karena menganggap tangis dan kemarahannya itu mampu membuat ortunya memberi apa yg diinginkannya. "anak adalah pembelajar yg baik"
4. Ingatlah selalu untuk tidak memberi contoh menjadi org pemarah. Jika ortu bertengkar, sedapat mungkin tdk dihadapan anak. bisa jadi saat orang tua bertengkar, anak melihat dan seperti tidak peduli karena kita menganggap wajahnya tak menunjukkan ekspresi tertentu. Namun perlu diingat bahwa anak menyimpan dalam ingatannya. "anak peniru yang baik".

Semoga bermanfaat (IM)

19 September, 2013

Bolehkah membuka aib pasangan?



‘Istri-istri kamu (para suami) adakah pakaian untuk kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka (QS.Al-Baqarah :187)
Ayat ini tidak hanya mengisyaratkan bahwa suami istri saling membutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia pada pakaian. Tetapi juga berarti bahwa suami istri- orang masing-masing menurut kodratnya mmemiliki kekurangan- harus dapat berfungsi ‘menutup pekurangan pasangannya’. Sebagaimana pakaian menutup aurat (kekurangan) pemakainya. (Quraish Shihab)

Maka, sebagai pemakai pakaian yang normal, jika pakaian kita ada kekurangan, katakanlah sobek, maka pasti kita menutupinya. Apakah pantas, jika kita membuka aib sendiri, misalkan berkata “hai teman-teman pakaian saya sobek loh, nih lihat!”. Hanya orang aneh lah yang akan memamerkan kekurangannya sendiri. Jadi, sudahkah kita menjadi ‘pemakai pakaian’ yang normal bagi pasangan kita? Simpan aibnya, semoga ia pun akan menyimpan aib kita.
Namun ada kalanya dibolehkan membuka kekurangan pasangan, misalkan untuk berkonsultasi mengenai permasalahan keluarga, Untuk itu, tentu ada aturannya;
  • Niat untuk mencapai keharmonisan dan kebahagiaan rumahtangga.
  • Kita berkonsultasi kepada orang yang dapat dipercaya dan dianggap bisa membantu permasalahan yang sedang kita hadapi. Contoh: orang tua, psikolog, ustadz, dokter, konsultan pernikahan, konsultan hukum, dll.
  • Konsultasi secara pribadi dan bukan  membuka aib didepan umum.

Demikian tulisan ini saya buat dengan tujuan untuk mengingatkan diri sendiri dan mengingatkan orang-orang yang mungkin secara tidak sengaja- pernah/akan membuka aib pasangannya diruang publik seperti status facebook, tweeter,dll.

Semoga kita termasuk manusia yang diidamkan oleh pasangan kita untuk bersama mengarungi kebahagiaan hidup didunia. Aamiin  


Semoga bermanfaat- (IM)