23 Juni, 2006

Jogja-ku selalu





kota kembang, 5 hari setelah kepulangan dari Jogja

Selama kurang lebih 10 hari menjadi relawati
hidup bersama orang2 yang tentu saja baru dikenal
dengan beragam kepribadian, budaya dan kebiasaan
tak menyangka, menjadi begitu berkesan..
seumur hidup untuk melupakan.......
sehari setelah kepulangan, rasanya asaku masih belum tiba
dibenakku masih terdengar jeritan anak-anak mengajakku bermain "mba'e..main yuk..!!"
juga suara sendu orang tua mereka yang berbahasa jawa, meminta bantuan ke posko
ribut...sekali, terasa lebih ribut dari suasana aslinya...
mataku yang terpejam, tak jua dapat mengajak pikirku untuk sejenak beristirahat
Tuhan.. ternyata separuh hatiku tertanam disana...
Reportase sejenak,
kondisi alam di sekitar posko jabar begitu menawan
hijau dimana-mana, jauh sekali mata dapat memandang
obat jenuh sepertinya...
rumah2 memang banyak sekali yang rata dengan tanah
namun tak disangka, banyak juga rumah&bangunan yang masih kokoh
yaitu bangunan dengan kayu sebagai bahan utamanya
kondisi psikis masyarakat tampak kritis
secara umum, mayoritas masih takut untuk masuk atau dekat dengan bangunan,
sehingga mereka, baik yang rumahnya jelas sudah hancur ataupun yang masih berdiri, lebih memilih untuk tinggal di tenda2 pengungsian, yang dianggap lebih aman
Setiap hari ada gempa susulan, dalam skala kecil
Skala kecil, bagi mereka yang kini menjadi korban
Skala besar, bagi saya yang seumur hidup paling banter merasakan lini
Gempa2 kecil tersebutlah yang membuat korban tak tenang
Bahkan ada sebagian masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak yang mengalami traumatis, dan beberapa jenis gajala psikis lainnya, yang semua itu menjadi PeeR bagi kita semua untuk membantu meringankan beban mereka
Satu budaya jawa yang turut membantu recovery masyarakat adalah budaya ”nrimo”
Hal itu pulalah yang membuat masyarakat kembali dapat beraktivitas seperti sediakala
Bagi para korban, Siang adalah waktunya membongkar rumah dan mencari bantuan
Bagi relawan, Siang adalah membantu, membantu dan membantu...
Suasana malam terasa damai dan indah bagi kami yang jarang-jarang dapat merasakan suasana jogja beratapkan rembulan dan bintang yang bersinar.
Namun, ketika melihat sekeliling... hati terasa perih, karena keindahan itu tertutupi oleh "tontonan" anak2 yang tidur bersama angin malam, lansia yang beratapkan langit gelap dan tanpa selimut...

Saya, salah seorang dari puluhan orang yang tinggal di atas tanah SMP 2 Imogiri-bantul
Puluhan orang lainnya yang tentu tak diragukan lagi jiwa sosial dan ketulusannya,
Berharap keadaan berangsur membaik, untuk Jogja-ku dan Indonesia-ku tercinta.
Yakinkan dalam hati bahwa ”Alloh tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan hambanya” dan ”Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan, setelah kesulitan ada kemudahan”.
Ayo, bangkitlah saudaraku!! Menjadi insan yang lebih kuat dari sebelumnya..



08 Juni, 2006

mohon do'a-nya

Bismillah, mohon do’a dari sahabat semua, untuk bangsa kita, khususnya yang terkena musibah gempa di jawa tengah dan sekitarnya. Mungkin tidak banyak yang dapat kita lakukan, namun do’a yang tulus dan pertolongan nyata dapat meringankan beban mereka.

Pamit, saya bersama tim psikologi dan teman2 relawan lainnya yang berada dibawah payung Posko JawaBarat, akan pergi ke daerah jogja-bantul-imogiri untuk ”melakukan apa yang bisa kami lakukan” khususnya pasca gempa ini. Semoga Alloh selalu membimbing kita, Amin..