17 Januari, 2015

Ketika anak Mogok sekolah, mari observasi

Sebulan belakangan ini, cenna (Anak saya yg kini berumur 5 tahun) tampak malas dan murung jika diajak ke sekolah. Saya belum tau apa sebenarnya yang membuat cenna malas pergi sekolah, padahal saya memasukannya ke TK A sekitar 5 bulan yang lalu , atas keinginannya sendiri. Awalnya, saya berencana untuk tidak menyekolahkannya di sekolah umum, dan akan ber-homeschooling saja. Namun saat ia merasa kesepian karena teman-teman disekitar rumah pergi sekolah, saat itulah ia menginginkan hal yang sama, yaitu kegiatan sekolah dan banyak teman bermain.
Kala itu ada dua pilihan sekolah, yang pertama adalah TK murah dekat rumah, dan yang kedua adalah TK mahal tempat saya diminta menjadi guru. Kedua pilihan tersebut sama-sama memiliki kelebihan. Setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya kami sepakat untuk tetap memasukkan cenna ke TK dekat rumah, agar ia tidak kelelahan dijalan. Sayapun tak mengambil kesempatan menjadi guru TK, dan masih memilih untuk menjadi ibu yang bisa memantau anak-anak 24 jam.
1-4 bulan, cenna menjalani sekolah dengan cukup semangat. Ia hanya saya antar jam 9 lalu dijemput jam 11. Namun, di bulan ke 5, ia banyak mengajukan syarat dan alasan untuk tidak sekolah. Awalnya ia hanya malas setiap hari senin, karena materinya selalu mewarnai/ menggambar. Proses menggambarpun seolah menjadi sesuatu yang menakutkan. Ia menangis sesegukan dan hanya mau mengerjakan setelah dibujuk dan ditemani oleh saya disebelah kursinya. Kala itu, saya langsung menyimpulkan bahwa ia tak suka menggambar, sehingga sy tidak memaksakan jika ia tak mau melakukannya. Namun seminggu kemudian, ia mulai malas setiap waktunya sekolah (senin, rabu, jumat). Saya mulai ragu, jangan-jangan ada hal lain yang membuatnya tidak nyaman di sekolah. Setelah diajak bercerita, muncullah satu alasan baru, yaitu ia takut pada salah satu murid, karena si murid itu pernah memukul dan mengganggunya. Maka, sejak itu saya akhirnya selalu menemaninya didalam kelas. Tadinya saya akan membiarkannya tidak sekolah, daripada sekolah namun tidak nyaman dan tidak happy. Namun, saya tiba-tiba berfikir untuk observasi sekaligus melatih cenna agar mau belajar menghadapi ketakutannya dengan tetap didampingi.
Satu minggu mendampingi didalam kelas, semakin yakinlah saya untuk menghentikannya sekolah. Bahkan ia meminta "pingin umi aja yg jadi gurunya". Saya tersentuh namun tidak serta merta mengabulkan permintaannya. Saya perlu yakin dulu apa yang sebenarnya ia rasakan, inginkan dan butuhkan. Di minggu selanjutnya, tiba-tiba ibu gurunya melakukan percobaan ilmiah dan lomba-lomba sederhana. Wajah cenna langsung sumringah, ia lompat kegirangan, iapun berkata "umi, aku mau sekolah lagi nanti hari senin. Kan ada percobaan lagi..". Dari observasi sementara, ternyata anakku ini sedang bosan sekolah karena materinya kurang variatif, ia butuh sesuatu yang baru dan segar. Tapi, apakah hanya itu sebabnya? Sayapun harus menunggu esok senin, untuk membuktikan semua dugaan..
#dampingi dengan cinta, mencoba untuk sabar

Tidak ada komentar: