12 Februari, 2015

Apakah saya Ibu Profesional?

"Udah lama nggak main sama umi" kata Aa cenna kepada uminya yg baruu.. saja selesai makan siang disore hari. "Udah lama nggak main sama umi dari hongkong?.. tadi kan sebelum kalian makan, kita main gugulitikan di kasur" jawab umi nggak mau kalah dengan bercanda gaya orang marah. Gimana nggak mau pura-pura marah? Rasanya baruu.. saja badan ini istirahat dengan "me time" berupa sholat ashar, ngaji lalu makan yg di "jamak qoshor", tiba-tiba ditagih untuk tugas selanjutnya (main lagi). Tagihan itu terjadi berulang-ulang diwaktu-waktu yang tak dapat ditentukan. Belum sempat otak membuat rencana pribadi (seperti; melajutkan tugas menjahit, mengerjakan pr bahasa arab, menghayati pelajaran online yg sedang diikuti, ngeblog,  baca-baca, blog teman, nonton berita, atau sekedar menulis dan mengerjakan kerajinan tangan tanpa beban), manusia2 kecil itu sudah menunggu saya untuk menjadi temannya. Seringkali saya lelah dan jenuh, namun mungkin inilah salah satu kriteria "ibu profesional", siap sedia menjadi apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan oleh anak-anaknya. Jabatan saya kini memanglah seorang ibu, namun ternyata, profesional dibidang ini rasanya sulit sekali melelahkan cukup menantang. berkali2 perilaku saya jauh dari kata profesional. Entah itu munculnya ketidak profesionalan berupa kemarahan, kemalasan, kesibukan hal lain, dan sejuta alasan lainnya. Huft.. sepertinya perlu ilmu untuk mencapainya.
Beberapa hari kemarin, Aa cenna ceria sekali disekolah, namun syaratnya 1: umi harus melihat semua kegiatan yg dilakukannya. Kalau umi meleng dikit, entah itu  menunduk melihat hp atau berpaling mengobrol dg ibu2 lain,  suaranya langsung nyaring memanggil "umiiii liatin Aa..". Heran juga saya dibuatnya, pasalnya di semester 1 kemarin, dia begitu mandiri tanpa ditunggui, apalagi harus ditatap macam ini. Hari ini, sayapun mengantarnya sekolah, namun saat menungguinya, saya meminta izin dia untuk boleh mengerjakan PR belajar online, sehingga tidak dapat memandanginya saat ia belajar. Singkat kata, Alhamdulillah ia sepakat dan hingga waktunya bubar sekolah ia tetap ceria, uminya pun beres mengerjakan tugas.
Setelah pagi-pagi berkutat dengan ibadah wajib, memasak, mencuci, mengantar anak sekolah, mengerjakan tugas belajar bahasa arab online, memanjat obrolan di grup WA dan BBM, berjualan online, bermain dengan anak-anak, hingga malam memanjat gunung strikaan, rasanya tak sanggup lagi untuk duduk diam didepan komputer, karena kebutuhan berbaring dan memejamkan mata lebih menarik hati.
Begitulah sekelumit alasan kisah dan rutinitas saya sehari-hari, yang dengan sebab itu pulalah, hampir sebulan saya tidak posting tulisan di blog tercinta ini. Kini, rasanya saya mulai bisa membuat ritme kegiatan, hingga akhirnya jari-jari ini kembali menyapa keyboard laptop yang hampir lumutan (lebay dikit)
Oiya, beberapa hari kebelakang, saya menemukan dimasukkan sebuah grup WA IIP -Bandung (Institut Ibu profesional) oleh seorang teman. Dan disinilah salah satu tempat saya belajar untuk menjadi Ibu profesional seperti yang sudah saya bicarakan diatas. Berhubung grup ini baru saya ikuti, jadi saya belum bisa bercerita banyak sekarang. So, tunggu postingan saya tentang "IIP" di bulan-bulan berikutnya ya..

Tidak ada komentar: