"Udah lama nggak main sama umi" kata Aa cenna kepada uminya yg baruu..
saja selesai makan siang disore hari. "Udah lama nggak main sama umi
dari hongkong?.. tadi kan sebelum kalian makan, kita main gugulitikan di
kasur" jawab umi nggak mau kalah dengan bercanda gaya orang marah. Gimana nggak mau pura-pura marah? Rasanya baruu.. saja
badan ini istirahat dengan "me time" berupa sholat ashar, ngaji lalu makan
yg di "jamak qoshor", tiba-tiba ditagih untuk tugas selanjutnya (main
lagi). Tagihan itu terjadi berulang-ulang diwaktu-waktu yang tak dapat
ditentukan. Belum sempat otak membuat rencana pribadi (seperti;
melajutkan tugas menjahit, mengerjakan pr bahasa arab, menghayati
pelajaran online yg sedang diikuti, ngeblog, baca-baca, blog teman, nonton
berita, atau sekedar menulis dan mengerjakan kerajinan tangan tanpa
beban), manusia2 kecil itu sudah menunggu saya untuk menjadi temannya.
Seringkali saya lelah dan jenuh, namun mungkin inilah salah satu
kriteria "ibu profesional", siap sedia menjadi apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan oleh anak-anaknya. Jabatan saya kini memanglah seorang ibu, namun ternyata, profesional dibidang ini rasanya sulit sekali melelahkan cukup menantang. berkali2
perilaku saya jauh dari kata profesional. Entah itu munculnya ketidak profesionalan berupa kemarahan, kemalasan, kesibukan hal lain, dan sejuta alasan lainnya. Huft.. sepertinya perlu ilmu
untuk mencapainya.
Beberapa hari kemarin, Aa cenna ceria sekali disekolah, namun syaratnya 1: umi harus melihat semua kegiatan yg dilakukannya. Kalau umi meleng dikit, entah itu menunduk melihat hp atau berpaling mengobrol dg ibu2 lain, suaranya langsung nyaring memanggil "umiiii liatin Aa..". Heran juga saya dibuatnya, pasalnya di semester 1 kemarin, dia begitu mandiri tanpa ditunggui, apalagi harus ditatap macam ini. Hari ini, sayapun mengantarnya sekolah, namun saat menungguinya, saya meminta izin dia untuk boleh mengerjakan PR belajar online, sehingga tidak dapat memandanginya saat ia belajar. Singkat kata, Alhamdulillah ia sepakat dan hingga waktunya bubar sekolah ia tetap ceria, uminya pun beres mengerjakan tugas.
Setelah pagi-pagi berkutat dengan ibadah wajib, memasak, mencuci, mengantar anak sekolah, mengerjakan tugas belajar bahasa arab online, memanjat obrolan di grup WA dan BBM, berjualan online, bermain dengan anak-anak, hingga malam memanjat gunung strikaan, rasanya tak sanggup lagi untuk duduk diam didepan komputer, karena kebutuhan berbaring dan memejamkan mata lebih menarik hati.
Begitulah sekelumitalasan kisah dan rutinitas saya sehari-hari, yang dengan sebab itu pulalah, hampir sebulan saya tidak posting tulisan di blog tercinta ini. Kini, rasanya saya mulai bisa membuat ritme kegiatan, hingga akhirnya jari-jari ini kembali menyapa keyboard laptop yang hampir lumutan (lebay dikit)
Oiya, beberapa hari kebelakang, sayamenemukan dimasukkan sebuah grup WA IIP -Bandung (Institut Ibu profesional) oleh seorang teman. Dan disinilah salah satu tempat saya belajar untuk menjadi Ibu profesional seperti yang sudah saya bicarakan diatas. Berhubung grup ini baru saya ikuti, jadi saya belum bisa bercerita banyak sekarang. So, tunggu postingan saya tentang "IIP" di bulan-bulan berikutnya ya..
Beberapa hari kemarin, Aa cenna ceria sekali disekolah, namun syaratnya 1: umi harus melihat semua kegiatan yg dilakukannya. Kalau umi meleng dikit, entah itu menunduk melihat hp atau berpaling mengobrol dg ibu2 lain, suaranya langsung nyaring memanggil "umiiii liatin Aa..". Heran juga saya dibuatnya, pasalnya di semester 1 kemarin, dia begitu mandiri tanpa ditunggui, apalagi harus ditatap macam ini. Hari ini, sayapun mengantarnya sekolah, namun saat menungguinya, saya meminta izin dia untuk boleh mengerjakan PR belajar online, sehingga tidak dapat memandanginya saat ia belajar. Singkat kata, Alhamdulillah ia sepakat dan hingga waktunya bubar sekolah ia tetap ceria, uminya pun beres mengerjakan tugas.
Setelah pagi-pagi berkutat dengan ibadah wajib, memasak, mencuci, mengantar anak sekolah, mengerjakan tugas belajar bahasa arab online, memanjat obrolan di grup WA dan BBM, berjualan online, bermain dengan anak-anak, hingga malam memanjat gunung strikaan, rasanya tak sanggup lagi untuk duduk diam didepan komputer, karena kebutuhan berbaring dan memejamkan mata lebih menarik hati.
Begitulah sekelumit
Oiya, beberapa hari kebelakang, saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar