"Aa, kenapa bilang ko**ol?"
"nggak apa-apa mi" jawabnya dengan polos
"nggak baik ya bilang gitu! Aa ngikutin siapa?"
"ngikutin a'bb (ia menyebut nama anak tetangga), kenapa nggak boleh mi?"
"emang ko**ol artinya apa?" saya bertanya
"bola" jawabnya santai
"sayang, ko**ol itu bukan bola, itu bahasa sunda yang artinya tititnya laki-laki kaya punya aa ini (sambil menunjuk kepunyaannya-ini penting karena usianya masih berada di tahap kongkrit operasional). Nah, kalau kata-kata yang kaya gitu nggak boleh di sebut sembarangan, nggak baik, nggak sopan. Aa ngerti nggak?"
Ia mengangguk, namun seperti masih ada sedikit keraguan.
Saya mencoba kembali menjelaskan," Aa sering denger ya A'bb dan temennya suka bilang "Anjing" padahal nggak ada anjing disini?"
"iya" katanya
"nah, contohnya kata Anjing dan Ko**ol itu kan bukan nama orang, bukan nama temen Aa, jadi nggak boleh disebut sembarangan, nggak baik disebut keras-keras, nggak sopan!. Mendingan juga aa bilang namanya aja, misalnya A'bb atau A'kiki atau nama temen Aa yang lainnya, masa orang dipanggilnya "anjing" kan salah ya?" "iya mi"
" Kalau bola ya bilangnya bola aja, kalau aa belum ngerti, tanya ke umi dulu ya.?"
"iya mi"
"pinter, sok sana main bola lagi sama ade" saya mengakhiri sambil mengelus kepalanya.
credit from google image |
Sesuai sekali dengan dugaan saya, bahwa banyak anak-anak yang menyebutkan kata-kata kasar itu bukan karena mereka "nakal" tapi karena mereka ikut-ikutan teman sepermainannya tanpa tau arti yang sebenarnya. Dan, Beberapa orang tua lebih memilih marah dan melarang, tanpa bertanya juga tanpa memberi penjelasan yang membuat anak mengerti kenapa mereka tidak boleh melakukannya. Sayapun beruntung karena anak saya bertanya "kenapa nggak boleh bilang kata itu". Karena, disaat hati ingin marah, kita sering lupa untuk menjelaskan hal yang penting. Ketika rasa ingin tau anak belum terpenuhi, maka ia akan terus mencari dari berbagai sumber, mungkin dari sumber yang benar, namun tidak menutup kemungkinan ia mendapat penjelasan dari sumber tang salah. Ini tugas kita sebagai orangtua yang memegang amanah dari Allah. Kita tidak ingin disalahkan untuk suatu hal yang tidak kita tau, maka jangan salahkan anak, karena merekapun tidak/belum tau
Masa kanak-kanak, terlebih lagi usia balita, mereka baru mengerti sesuatu yang real dan jelas. Ibarat kertas kosong, mereka belum banyak mengetahui arti dari kosa kata baik/buruk. Orang tualah yang perlu membimbingnya. Dan ketika anak melakukan hal yang kita anggap salah, hal pertama yang perlu dilakukan adalah terik nafas dalam-dalam, duduk, lalu bertanya. Ya, bertanyalah, bukan menginterogasi. Sebagaimana kita (orang dewasa) yang tidak suka jika ada orang yang tiba-tiba mengintrogasi dengan nada menyebalkan, begitu pula anak. Bisa jadi ia akan melawan dan marah jika sikap kita tidak membuatnya nyaman.Yang lebih penting lagi, kita tau bahwa mereka adalah calon penerus keturunan kita, yang kita harapkan menjadi orang baik, sholeh, pintar dan menyenangkan, maka kitapun perlu memberikan bekal yang tepat untuk membentuknya.
Karena mereka baru mengerti mengenai sesuatu yang real dan atau kongkrit, maka kitapun harus menjelaskan dengan kongkrit menurut bahasa yang mereka mengerti. karena nggak mungkin kan kita bilang "Nak, jangan sebut kata itu! itu tidak sesuai dengan norma-norma ketimuran", itu hanya akan menambah daftar panjang kebingungan mereka. Cepat atau lambat, mereka akan mengulanginya dan sekarang atau nanti, kita pertu menjelaskannya. Mau sekarang atau nanti jika sudah terlanjur dan mengakar?
Ini pengalaman saya, sekedar ingin berbagi dan sayapun siap menerima masukan jika ada teman-teman sesama orang tua yang memiliki solusi/ jawaban lebih baik bagi segala pertanyaan anak kita. Maaf jika ada kata-kata kasar disebut dalam artikel ini, saya merasa perlu menyebutkannya dengan jelas agar tidak blurr dan menyebabkan salah mengerti.
Semoga kita dapat menjadi sahabat yang menyenangkan dan menjadi orangtua terbaik bagi anak-anak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar