17 Desember, 2014

Kenapa Jengkolers harus nongkrong di cafe D'jengkol?

Jengkol oh jengkol... dengan malu-malu kukatakan bahwa jengkol adalah makanan yang selalu kurindukan (celingak-celinguk takut ada yang denger). Gimana nggak? jika sebagian dari kita biasanya tak menyadari kapan kita mulai menyukai satu makanan, nah bagi saya, jengkol ini memiliki sejarah yang sangat jelas. Saya ingat betul diusia saya yang kira-kira 5 tahun, kala itu saya tinggal di rengasdengklok-karawang-jawa barat. Rumah saya berada di pinggir jalan besar yang berseberangan dengan sebuah rumah makan, disanalah saya selalu membeli semur jengkol, untuk apa? untuk di-ca-mil. Sepertinya saat itu saya belum terkontaminasi oleh isu-isu negatif mengenai jengkol yang bisa menyebabkan bau. Saya menikmati semur jengkol dalam plastik selayaknya anak-anak jaman sekarang menikmati batagor dalam plastik. Jika saya mengingat hal itu, rasanya saya ingin malu, takut orang lain tau. hahaha.. (katanya ingin malu, tapi nyatanya malah ngeces ni terbayang kelezatannya).
Namun  setelah mendengar kang Gunarsa- owner d'jengkol berkata bahwa motto mereka adalah "memasyarakatkan jengkol, dan menjengkolkan masyarakat", saya jadi bangga karena saya sudah familiar pada jengkol jauh sebelum saya tau bahwa jengkol itu bau.
Eits, ternyata terjadi lagi, kenangan saya bersama jengkol membuat saya lupa untuk bercerita tentang cafe baru di Bandung yang menjadikan jengkol sebagai menu utamanya.
Ngomong-ngomong mengenai Jengkol, hari minggu kemarin saya dan beberapa teman Blogger Bandung datang dan makan siang di cafe baru bernama d'jengkol. Cafe yang kala itu baru beroperasi selama seminggu, bertempat di jl. Banteng no 50. Tak sulit mencarinya, karena posisi cafe yang cukup strategis yaitu dekat dengan lapangan lodaya. Siang itu kedatangan kami disambut dengan ramah oleh kang Gunarsa, sambil melihat-lihat ruangan yang didesign ala rumahan, beberapa blogger kepo pada asal muasal cafe ini. Maka berceritalah kang Gun "Awalnya kami menjual produk sambel jengkol secara Online. Setelah berjalan dua bulan, tercetuslah ide untuk membuat cafe dengan menu utama jengkol. Meskipun begitu, disini juga tetap menyediakan menu selain jengkol, agar pengunjung yang tak menyukai jengkol, tetap bisa makan dan nongkrong disini". Saya yakin kelak akan banyak orang yang nongkrong disini, itu karena di cafe ini disediakan wifi dan buku untuk mengusir bosan.
Setelah puas mengobrol, kamipun mulai menikmati masakan dengan resep khusus dari ibunda kang Gun sang owner, yaitu sajian makan siang serba jengkol dan ayam goreng hangat favorit Seruni balitaku yang ikut nimbrung. Ini dia menu-menu jengkol yang ada di cafe d'jengkol: Semur jengkol, rendang jengkol, balado jengkol, goreng jengkol, sambel jengkol, dan lumpia jengkol.
Menu D'jengkol by inke
Dari sekian menu jengkol, yang paling saya sukai adalah semur jengkolnya, karena texturnya lembut dan bumbunya meresap kedalam raga si jengkol. Lumpianya cukup ringan untuk dijadikan camilan, apalagi kalau dilengkapi cocolan bumbu kacang, hm... yummy. (catatan saya tentang lumpia, sebaiknya si jengkol diiris memanjang bak keju, lalu isinya disiram satu sendok telur ketika membungkusnya, agar bihun & jengkol bersatu padu dan tidak  berantakan saat dicabik-cabik dengan hot nya oleh gigi para jengkolers). Dua level sambel jengkol yang menjadi tonggak berdirinya cafe d'jengkol inipun tak luput dari perhatian saya. Textur dan penampakannnya mirip sambel tempe, rasanya mirip jengkol yang ditumbuk bersama cabe rawit, hehe ya iya laaahh. Kata kang Gun yang sempat promosi di Dago car free day, sambel jengkol ini punya dua level pedas, yaitu level mengharukan bagi yang tidak suka pedas, dan level masbuloh bagi pecinta pedas. Bagi saya dan teh Tian, masbuloh ini masih kurang pedas, sedangkan bagi teh Nchie, ini level yang bikin lidahnya ber seuhah-seuhah tak henti. Masalah harga, menu yang paling murah adalah rp.3000 dan yang paling mahal 25.000. Kalau mau paket sawaregna juga bisa sekitar rp.55.000. Liat angkanya sih masih kebayang dikantong lah ya..Buktinya ada karyawan kantor yang makan siang disini, berarti harganya bersaing khaan. Ohiya hampir lupa, katanya di cafe ini juga ada menu mie instant yang disajikan sesuai dengan gambar di bungkusnya, tapi sayang kemarin saya tidak pesan menu itu. Lain kali mau minta buktinya sama kang Gun aah... (sksd gtm)
Cafe D'jengkol by inke
 Nah, foto merah ini adalah penampakan cafe&resto D'jengkol yang sangat hommy. Kalau tak ada banner didepan, pastinya orang akan ragu kalau disini menerima manusia-manusia kelaparan. Itu dia salah satu ruangan dengan konsep lesehan, selain ruangan lainnya yang memiliki kursi/sofa dan meja. Buku-buku disediakan untuk pecinta baca yang sedang menanti pesanan, sedangkan permen-permen diberikan secara gratis bagi yang ingin menyembunyikan kenyataan bahwa ia telah tergoda makan makhuk bernama jengkol.
Kalau anda terlalu malu untuk ketauan suka jengkol, sepertinya sistem catering dan delivery servis bisa dimanfaatkan. Tinggal angka telepon, pencet angka (022.7305756 lalu pesanlah menu sesuka hatimu sambil berbisik-bisik.
Fasilitas penting by inke




Kalau kumpulan foto hijau ini adalah Fasilitas penting yang ada dalam cafe D'jengkol. Mengapa saya masukkan hal ini kedalam obrolan mengenai cafe? karena bagi saya pribadi, tempat cuci tangan, toilet dan mushola adalah fasilitas yang wajib bin kudu ada di tempat nongkrong. Kalau salah satu fasilitas penting ini tidak ada, maka akan mengurangi kenyamanan dan ketenangan dalam berkumpul bersama keluarga (maklum lah, ibu-ibu kalau bawa anak balita kan suka terasa rempong nggak jelas). Kalau lengkap gini kan mau makan sambil istirahat panjang jadi tenang.
Sekian dulu review cafe & resto D'Jengkol- tempat nongkrong baru, yang bakal jadi tujuan wisata kuliner di Bandung. Isi dalam blog ini mungkin saja bohong, maka sebaiknya anda datang langsung ke D'Jengkol yang buka setiap hari mulai pukul 10 pagi hingga 10 malam ini, agar bisa membuktikan kebenarannya. Hehe.. Piss

4 komentar:

Qq mengatakan...

Reviewnya bagus maros..
Sayang ku tak suka jengkol :(

Nathalia DP mengatakan...

pas sholat saya sempet salah arah huhu... mungkin perlu ditambah petunjuk arah kiblat di mushala...

Efi Fitriyyah mengatakan...

Mukenanya harus ditambah 1-2 pcs lagi deh kayaknya :)
Konsepnya asik, rumahan. Apalagi kalau udah di renovasi, ya.

testbloginfo mengatakan...

Qq, ada menu lainnya kok selain jengki, hehe. cuma memang ga ada seblak :p
Nathalia DP, iya ya betul.. saya kemarin ga sadar,malah langsung ngikutin posisi sajadah yang terbuka ajah. makasih dah mengingatkan (dengan pengalamannya, hehe)
Efi Fitriyyah, setuju.. bagusnya lagi klo beli mukenanya di toko inke ya, wkwkwk