06 Desember, 2014

Ketika Allah menutupi Aib kita

Suatu hari dibulan November, saya membaca sebuah pesan yang sangat panjang di sebuah grup WhatsApp. Sejenak saya terdiam dalam haru, merasa bahwa saya adalah manusia yang penuh aib, namun selama hidup ini segala aib itu hanya diri dan Dia yang tau. Dia menyimpannya, bahkan tanpa saya memohon berulang-ulang. lalu bagaimanakah jika aib itu terbuka? betapa banyak nikmat yang telah Dia berikan untuk kita. Dialah Allah Tuhan semesta Alam, tempat seluruh makhluk menggantungkan hidupnya. Artikel yang saya repost  dari BC sosmed inilah yang membuat saya terdiam haru.

Aib

Setelah itu langit tetap saja terang benderang...
matahari pun bersinar makin kemilau...
Kemudian Nabi Musa berdoa lagi, "Ilaahi ... asqinaa...."

Allah pun berfirman kepada Musa,

يا موسىأني أكون بغيثكم و فيكم رجل يبارزني بالمعاصي أربعين عاما.. فليخرج حتى أغيثكم

"Wahai Musa...Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu.Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian..."

Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun… keluarlah ke hadapan kami... karena engkaulah hujan tak kunjung turun..."

Seorang laki-laki melirik ke kanan dan ke kiri...
maka tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia...
Saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud...

Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku...Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun..."

Maka hatinya pun gundah gulana...
air matanya pun menetes....
menyesali perbuatan maksiatnya...
Sambil berkata lirih,
"Ya Allah...Aku telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun... selama itu pula Engkau menutupi 'aibku.Sungguh sekarang aku bertaubat kepada Mu, maka terimalah taubatku..."


Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun bermunculan...
Semakin lama semakin tebal menghitam...
Dan akhirnya turunlah hujan...

Musa pun keheranan, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia."

Allah berfirman :

يا موسى لقد تاب وتبت عليه,, منعت عنكم الغيث بسببه,, وأمطرتكم بسببه

"Wahai Musa, dia telah bertaubat dan Aku telah menerima taubatnya, karena orang itu lah Aku menahan hujan kpd kalian, dan karena dia pula lah Aku menurunkan hujan..."

Musa berkata :

ربي أرني أنظر إليه,,ربي أرني ذلك الرجل

"Ya Allah...Tunjukkan padaku orang itu... Tunjukkan aku pada orang itu..."

Allah berfirman,

يا موسى.. لقد سترته وهو يعصيني؛
أفلا أستره وقد تــاب وعـــاد إلي؟؟

"Wahai Musa, Aku telah menutupi 'aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah sekarang Aku membuka 'aibnya sedangkan ia telah bertaubat dan kembali kepada-Ku...?!"


Subhaanallah sungguh Maha Pengasih Engkau wahai Rabbi....

Kalaulah bukan karena Engkau yang menutupi aib-aib kami...
Tentulah kami akan sangat malu di hadapan para hamba-MU....

Engkau mengetahui dosa-dosa kami dan kemalasan kami dalam beribadah, padahal kami dilihat sebagai orang yg berTAQWA di pandangan para hamba-MU...

Engkau mengetahui kefakiran dan kebutuhan hajat kami, padahal kami dilihat sbg orang yg KAYA di pandangan para hamba-MU...

Engkau mengetahui kelemahan dan keluh kesah kami, padahal kami dilihat sbg orang yg KUAT di pandangan para hamba-MU...

Sahabatku....
Jika Allah Ta'ala, Tuhan yg mengetahui segala perbendaharaan langit dan bumi saja menutupi segala aib hamba-NYA,
Lalu siapalah kita.. Dan apa lah kita sehingga dengan entengnya menyebar luaskan aib dan keburukan saudara kita sendiri tanpa mashlahat...

Merasa seakan diri ini lebih suci, lebih alim, lebih hebat, dan lebih ahli dengan menyebar luaskan keburukan saudara kita....

Tak sadar bahwa ternyata aib kita sendiri sudah menggunung tak terhingga....
Semoga kisah singkat ini bisa menjadi bahan renungan kita untuk selalu memperbaiki diri,,, SELAGI ALLAH MENUTUPI AIB KITA....

Sumber
Kitab "Fii Batni al-Huut" oleh Syaikh DR. Muhammad Al 'Ariifi

Tidak ada komentar: