Kredit: Handry |
Kala itu saya sedang berada dalam angkot didaerah pasar ujung berung. Awalnya saya heran, kenapa hampir semua pejalan kaki memandang ke langit? lalu saya ikut-ikutan memandang ke langit sebisanya dari dalam angkot. "Tidak ada apa-apa" ujar saya dalam hati. tapi semakin dekat angkot melaju, semakin banyak warga yang heboh berkumpul memandangi langit. Hingga akhirnya tampaklah sebuah putaran angin berwarna abu-abu tua. putarang yang besar dan berhasil menerbangkan sampah-sampah dan debu disekitar. Pikiran daya langsung tertuji pada suami dan anak-anak dirumah, yang menurut logika saya, angin besar yang saya lihat itu ada diposisi yang sama dengan posisi rumah saya. beberapa detik sebelum melihat angin tersebut, saya sedang chatting dengan suami. Namun pasca melihat angin, obrolan kami sempat terputus. Ya Allah.. saya terus berdoa untuk keselamatan mereka dan semua warga disekitarnya.
Akhirnya saya turun di Superindo ujungberung untuk selanjutnya naik ojek menuju rumah. Ketika saya turun dari angkot, langitpun bergemuruh keras dan hujanpun turun. Terdengar jeritan manusia-manusia yang saya tidak tau dari arah mana. Sayapun berteduh sebentar diselasar Superindo untuk berlindung, menghindari hujan dan seperti yang lain- ikut memantau angin yang semakin dekat, dengan menggunakan kamera di HP. Angin yang tadinya tampak berputar, akhirnya memudar. Keadaan ini berbanding lurus dengan tingkat kepanikan yang mulai memudar pula.
Hujan semakin deras, gemuruh semakin keras, saya memilih untuk masuk kedalam gedung sekaligus membeli beberapa keperluan dan oleh-oleh sekedarnya untuk anak-anak. Setelah selesai, saya tak menunggu lagi, dan memutuskan untuk langsung pulang meski hujan pasti membasahi saya ketika di ojek. Saya hanya ingin segera bertemu suami dan anak-anak.
Alhamdulillah saya ucapkan saat melihat keadaan rumah yang baik-baik saja meski beberapa sampah menghiasi. Pintu terbuka dan mereka baik-baik saja. Kamipun langsung membahas apa yang kami alami sore itu. Ternyata, jalur angin puting beliung itu memang sangat dekat dengan rumah kami. Bahkan ternyata, korban meninggal adalah warga yang tinggal tak jauh dari tempat saya tinggal. Berikut email yang saya terima dari milis JaBar Peduli keesokan harinya.
Milist JBP
Ke
jabarpeduli@googlegroups.com
Des19 pada 8:49 AM
Jum'at, 19 Desember 2014 | 00:00 WIBPuting Beliung Landa Bandung, Seorang Tewas
TEMPO.CO, Bandung - Angin puting beliung merusak bangunan dan pemukiman
warga Bandung Timur, Kamis, 18 Desember 2014. Lokasi terparah berada di
Kampung Pangaritan, Kelurahan Cibiru Wetan, Kecamatan Panyileukan, Kota
Bandung. Di lokasi tersebut ratusan bangunan rusak dan satu orang
dinyatakan meninggal setelah tertimpa reruntuhan tembok yang koyak disapu
angin. (Ini Daftar 85 Korban Tewas Longsor Banjarnegara)
Korban meninggal bernama Suti, usia 90 tahun, warga kampung Pangaritan, RT
02, RW 04, Kelurahan Cibiru Wetan, Kecamatan Panyileukan. Keluarga korban,
Ade, mengatakan pada saat kejadian Suti sedang berada di dalam rumahnya.
Setelah angin berhenti, keluarga menemukan Suti sudah dalam keadaan
meninggal tertimpa reruntuhan tembok.
"Pada saat penghuni rumah yang lain mencari tempat perlindungan, Mak Suti
sedang berada di rumah. Ia tidak mengetahui ada kejadian angin puting
beliung," kata Ade. (Relawan Longsor Banjarnegara Tewas Saat Evakuasi)
Ade mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 16.30. Angin kencang
tersebut sempat membuat warga panik. Sebagian warga keluar dari rumahnya
mencari tempat yang aman. Selain diterpa angin, pemukiman padat penduduk
tersebut pun diterpa material bangunan yang dibawa angin.
Pantauan Tempo setelah kejadian, terlihat ratusan rumah di tiga RW di
kampung Pangaritan mengalami rusak. Material bangunan dan dedahan pohon
berserakan sehingga menyulitkan akses pengedara motor dan pejalan kaki.
Selain itu, satu buah gardu listrik meledak yang mengakibatkan listrik
padam.(Hujan Deras, Warga Kampung Ini Dilanda Ketakutan)
Terlihat tim Badan penanggulangann Bencana Daerah Jawa Barat sedang
mengumpulkan data dan informasi akibat dari bencana tersebut. "Saat ini
kami kesulitan mengumpulkan informasi karena listrik padam dan hujan terus
mengguyur," kata seorang petugas BPBD kepada Tempo.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, terdapat belasan warga yang
mengalami luka. Empat diantaranya telah dibawa ke rumah sakit.
IQBAL T. LAZUARDI S
Kala itu, saya secara pribadi sempat sangat bersyukur, karena saat itu saya memutuskan untuk pulang memakai angkot caheum-cileunyi yang jalurnya cukup jauh dari jalur angin puting beliung. Seandainya saya pada jam tersebut memilih lewat jalur gedebage, mungkin saya akan terkena putaran angin tersebut, sebagaimana keadaan yang saat ini tampak di sekitar gedebage. Pohon tumbang, tiang listrik ambruk, genting beterbangan, atap seng & plastik sudah pasti berserakan. Saya bersyukur karena saya terhindar dari musibah ini, namun disisi lain saya turut prihatin pada warga yang menjadi korban. Semoga Allah memberikan kesabaran dan memberi kemampuan para korban untuk berobat agar sehat kembali, juga mampu membangun memperbaiki apa-apa yang rusak.
Artikel ini sekaligus pemberitahuan kepada saudara-saudara dan teman-teman saya yang kemarin khawatir pada keadaan kami yang berada dekat lokasi puting beliung. Terimakasih atas perhatiannya pada kami..
1 komentar:
ngeri yah :(
Posting Komentar